Let me tell you my story..

Ouija


Namaku Nurul. Aku ingin menceritakan sebuah kisah seram yang kualami akibat perbuatanku sendiri. Kalian tentu pernah mendengar sebuah permainan pemanggil hantu. Banyak sekali cara yang dipercaya dapat memanggil hantu, salah satunya yaitu menggunakan sebuah papan. Papan tersebut berisi tulisan alphabet, ya, tidak, dan selamat tinggal. Papan tersebut bernama Papan OUIJA.

Satu bulan yang lalu sebelum aku mengalami kejadian mengerikan ini, aku membeli sebuah papan Ouija. Oh iya, aku memang menyukai cerita hantu, film horror, dan novel-novel bertema hantu. Entah kenapa aku sangat menyukai segala sesuatu yang berbau hantu, walau sebenarnya aku adalah orang yang sangat penakut.

Malam itu, aku bersama tiga orang temanku—Aneu, astrin, dan kiki—sedang berkumpul di kamar kiki, di samping kamarku yang berada di lantai dua, membicarakan banyak hal hingga kami semua tertawa terbahak-bahak. Kami memang akrab sekali karena kami tinggal satu kosan. tidak lama berselang, kami mulai bosan, tidak ada pembicaraan menarik lagi untuk kami bahas. Hingga akhirnya sebuah ide tercetus untuk mengobati kebosanan kami.
”eh Rul, bukannya kamu punya papan Ouija? Udah pernah di mainin belum? Mainin yu, mainin yu..!!” kata astrin bersemangat.
“ada sih, tapi.. yakin mau di mainin sekarang?”
“ya sekarang! Kenapa emangnya? Takut ya?! Hahhaha.. ahh, penakut!”
“usir aja si Nurul dari kamar ini.. hhaha..” ejek kiki padaku.
“siapa bilang aku takut! Kalian tunggu disini, aku ambil papannya dulu di kamar..”
Tak lama berselang, aku kembali dengan membawa sebuah papan.
“tunggu, kalian bener mau mainin permainan ini? ini malam jumat kliwon looh?” ujar Aneu.
“iya, juga sih.. jadi gimana? Atau ga usah aja?” ujarku.
“aah, harus jadi doong. Tanggung, papannya udah disini. atau jangan-jangan kalian berdua takut yaa? Hhahaha.. katanya berani, sama setan aja takut, huuu..”  ejek astrin.
“usir aja Nurul sama aneu di kamar ini.. hhahaha” kiki menimpali.
“kata siapa aku takut? Aku ga takut sama sekali.. kamu takut ga neu? Ga takut kan?! Ga kan?! justru yang aku khawatirkan kalian ketakutan pas di tengah-tengah permainan” ujarku so berani.
“terus, cara maininnya gimana nih rul?” Tanya aneu.
“aku gatau, kita browsing aja di internet. ‘Cara memainkan papan Ouija’..”
Aku langsung mengambil HP dan memasukkan keyword yang tadi kusebutkan
“ Tunggu.. nah.. pertama, matikan lampu. Permainan harus di lakukan di ruangan gelap dengan jumlah pemain maksimal 4 orang. Kemudian nyalakan lilin”
“aku punya lilin, tapi lilin ulang tahun. Ga apa-apa ya, aku nyalain. Trus apa lagi rul?” ujar kiki
“terus setelah itu pegang penunjuk papannya dengan satu jari semua pemain, dan setelah itu bacakan mantranya. Tapiii.. tunggu, mantranya bahasa inggris”
“hhahahaha.. mana ngerti kuntilanak Bandung sama bahasa inggris” ujar kiki terbahak-bahak.
“aah, gampang mantra mah, tinggal bilang aja ’untuk seseorang yang ada disini, siapapun itu, kami mengajakmu untuk berbincang bersama kami”
‘brukk’
“astaga!” kami tersentak kaget. tiba-tiba terdengar suara keras di luar, seperti ada sesuatu yang jatuh.
“suara apa tadi?” Tanya Aneu.
“Ah, udah jangan dihiraukan. Paling suara kucing. sekarang kalian pegang penunjuk papannya. Loh, loh kenapa memakai jari tengah, harusnya kan jari telunjuk, ah kalian ada-ada aja”
Mereka hanya tertawa dan tetap menempelkan jari tengahnya pada penunjuk papan. Setelah itu, kunyalakan radio dengan volume kecil di frekuensi 105,9 ardan radio yang tepat sedang menyiarkan acara nightmareside. Semua menjerit kaget ketika mendengar lagu lengser wengi, sebuah lagu yang sering diputarkan sebagai pembukaan sebelum acara nightmareside ardan dimulai.
“kenapa radionya dinyalakan rul?” Tanya aneu.
“backsound” bisikku pelan. Kemudian aku mulai membacakan mantra.
“untuk seseorang yang ada disini, siapapun itu, kami mengajakmu untuk berbincang bersama kami..
untuk seseorang yang ada disini, siapapun itu, kami mengajakmu untuk berbincang bersama kami
untuk siapapun yang ada disini, kami mengajakmu untuk berbincang bersama kami”
 “kok ga gerak-gerak sih rul? Mungkin setannya lagi asik sama gadgetnya kalii.. ” ujar Astrin.
Kemudian aku mengulang membacakan matranya dengan penuh konsentrasi.
“untuk seseorang yang ada disini, siapapun itu, kami mengajakmu untuk berbincang bersama kami..
untuk seseorang yang ada disini, siapapun itu, kami mengajakmu untuk berbincang bersama kami..
untuk seseorang yang ada disini, siapapun itu, kami mengajakmu untuk berbincang bersama kami..
untuk seseorang yang ada disini, siapapun itu, kami mengajakmu untuk berbincang bersama kami..
untuk seseorang yang ada disini, siapapun itu, kami mengajakmu untuk berbincang bersama kami..”
aku terus mengulangnya hingga tukang nasgor naik haji sudah tamat di TV. Hehehe.. engga deh..
astrin kemudian dengan lantang ia membacakan mantra dalam bahasa sunda.
“saha wae nu aya didieu, rek aki-aki, rek nini-nini, kadieu.”
(siapapun yang ada disini, mau kakek-kakek, mau nenek-nenek, kesini)
“saha wae nu aya didieu, rek aki-aki, rek nini-nini, kadieu. Ngobrol didieu wani mah”
(siapapun yang ada disini, mau kakek-kakek, mau nenek-nenek, kesini. Ngobrol disini kalo berani)
Tiba-tiba lilin mati, dan ruangan gelap gulita.
“yaah, lilinnya habis. Udahan ah” ujar astrin.
“belum juga mulai. Ah, ini gara-gara si kiki, bukannya pake lilin asli malah pake lilin ulang tahun. Guys, Kita keluarin aja kiki dari kosan hhaha” ujar aneu.
Ketika aku sedang meraba-raba dinding untuk mencari stop kontak lampu kamar yang akan kunyalakan kembali, tiba tiba terdengar suara seperti kakek-kakek batuk. Bulu kudukku mulai meremang. Tapi aku bersikap biasa saja. Setelah kunyalakan lampu dan merapihkan papan Ouija, aku menanyakan suara yang kudengar tadi pada teman-temanku.
“eh, kalian tadi dengar ada yang batuk gak sih? Kayak suara kakek-kakek gitu”
“aku malah dengar suara kuntilanak ketawa” jawab kiki
“dimana?” tanyaku antusias.
“di radio. Hhaha.. kan kita lagi dengerin nightmareside.  Eh, kalian semua nginep disini kan? Nginep yaa.. nginep yaa.. cukup kok kasurnya buat berempat.. kan ada dua..  
“yaudah tin kita nginep disini, lagian aku lupa menyalakan lampu bawah.” Ujar aneu.
“iya deh”
“Nurul juga ya.. ya yaa..” bujuk kiki.
Aku hanya mengangguk, Kemudian kumatikan radio dan kami semua merapihkan dua kasur yang kami rapatkan dan mengambil posisi untuk tidur. Setelah kami semua berbaring dan menarik selimut, diluar terdengar seperti ada seseorang yang memukul-mukulkan kunci gembok pada pagar depan. Awalnya kami mengacuhkannya, tapi aneu segera bangkit dari kasur.
“itu eri deh kayaknya..”
“eri? Ah ga mungkin neu, eri kan lagi ke Jakarta. Lagian dia tadi sms aku kok, katanya dia pulangnya dua hari lagi..” jawab astrin.
“Terus yang di luar siapa?”
Kemudian aku mengusulkan untuk melihatnya keluar bersama-sama.
“ayolah kii.. kita lihat keluar, siapa tau eri ga jadi nginep di Jakarta. Kasian dia mau masuk kosan susah, kayaknya eri lupa ga bawa kunci gerbang.. ayolah” bujukku pada kiki.
“hmm.. ga mau aah,, kalian aja yang keluar, aku ngantuk pengen tidur”
“yaudah rul, tinggalin aja dia sendiri. Biar dia rasain kalo ada hantu dia ketakutan sendiri!” sahut astrin.
“Bodo!” timpal kiki.
Kemudian kami bertiga keluar kamar menuju pintu luar untuk melihat siapa yang memukul-mukul pagar. Astrin mulai menuruni tangga, diikuti dengan aku, dan aneu yang paling belakang. Setelah kami sampai di depan pintu luar, kami mengintip melalui jendela. Dan ternyata diluar tidak ada siapa-siapa. Kami berbalik arah untuk kembali ke kamar, tapi baru saja kami maju dua langkah, suara itu terdengar lagi, bahkan lebih bising dari sebelumnya, dan ketika kami mengintipnya, ternyata itu..
“astaga!!! Po.. pocooooooong!!!”
Kami bertiga lari terbirit-birit dan saling menarik baju. Dan, ketika kami handak menaiki tangga, di bawah tangga ternyata ada seorang kakek-kakek yang berdiri bungkuk, memakai kemeja pendek berwarna hijau tua dan celana kain hitam yang penuh darah dengan mata yang bolong dan.. dan.. kaki kanan yang bengkok. Dia berjalan seperti hendak menghampiri kami dengan menyeret kaki kanannya yang hampir lepas dari tubuhnya. Kami semua berteriak histeris dan terus berlari menaiki tangga. Kemudian kami semua masuk kamar dan menguncinya. Kami bertiga saling berpelukan di pojok kamar dengan di tutupi selimut. Terdengar suara langkah kaki yang di seret sedang berjalan menuju kearah kamar. kami bertiga sangat ketakutan. Berusaha diam tanpa suara dengan menutup mulut.
“saha nu wani nantang aing?”
“saha nu wani nantang aing?”
“saha nu wani nantang aing?”
Kami semua menahan untuk tidak bersuara, dan kemudian suara langkah kaki itu perlahan menjauh dari kamar dan tidak terdengar lagi.
“oh iya, mana kiki?” seru ku pada astrin dan aneu.
Aku khawatir dia di ganggu setan itu juga sebab tadi kami meninggalkannya sendiri.
Ketika aku berdiri, kakiku tersandung sesuatu, ketika kulihat kebawah ternyata itu sebuah kaki.
“ah syukurlah”
“kenapa rul?”Tanya aneu.
“itu dia si kiki, dia tidur pulas. Syukurlah, dia tidak di ganggu kakek-kakek tadi”
Kulihat seluruh tubuh kiki di tutupi selimut.
“eh coba cek dulu Rul, apa bener itu kiki?” ujar astrin.
“hush, kamu ngomongnya jangan sembarangan. Jelaslah itu kiki, tadi kan sebelum kita pergi ke bawah dia memang lagi tidur”
“tapi ga ada salahnya kita lihat dia, kita bangunin, siapa tau dia bukan tidur, tapi pingsan.”
“ yaudah deh. Ki.. ki.. ki bangun ki..”
Dan ketika ku buka selimutnya
“astaga!”
Kiki sedang melotot dengan tangan yang menggenggam erat spei. Dan.. dan matanya kini sedang melototi kami bertiga.
“ki.. ki kamu kenapa.. ki sadar ki..”
“saha nu wani nantang aing..”
Astaga! Ternyata kiki kesurupan. Kami bertiga berteriak ketakutan dan lari kearah pintu.
“neu.. neu.. cepat buka pintunya..”
“pin..pintunya susah dibuka..”
“cepet neu..”
Kini kiki berdiri dari kasurnya. Dengan rambut yang terurai berantakan, ia menghampiri kami. ia berjalan kearah kami dengan menyeret kaki kanannya, persis seperti yang dilakukan oleh kakek yang mengejar kami. Setelah pintu berhasil terbuka, aneu menutup pintu kamar dan menahannya agar kiki tidak keluar.
“astrin, Nurul, cepat keluar cari bantuan, aku bakalan nahan kiki biar ga keluar kamar”
Tanpa fikir panjang, aku dan astrin berlari kerumah pemilik kosan. kami kembali dengan di temani ibu kos, bapak kos, dan orang pintar. Ibu kos telah membawakan se-teko teh manis untuk kami.

 tak lama kemudian orang pintar itu berhasil menyadarkan kiki. Beliau bilang bahwa kakek itu adalah korban kecelakaan di rel kereta yang tepat berada di depan kosan kami, roh nya sampai sekarang bergentayangan dan tinggal di sebuah sekolah SMA yang juga tepat berada di samping kosan kami. Setelah semuanya kembali baik, ibu kos, bapak kos, dan orang pintar itu berpamitan pulang. Ibu kos bilang kami tak usah mengantarkan mereka kebawah karena ibu kos sudah membawa kunci cadangannya. Kami semua mengucapkan terimakasih pada mereka, dan merekapun berbalik arah menuruni tangga.
Tapi,  entah kenapa bulu kudukku masih meremang, kupicingkan mata kearah tangga.
“satu.. dua.. tiga… empat..? hah?! Kenapa ada empat orang?”
Astaga! Ternyata kakek itu mengikuti mereka dari belakang.
***
…Pssstt.. Hey.. Hallo.. gimana ceritanya? Seru? akan kuberitahu sesuatu tentang kebenaran cerita ini. oke.. semua adegan dalam cerita ini hanya rekayasa, tapi untuk tempat, papan ouija, dan nama-nama yang ada dalam cerita ini nyata, mereka ada, termasuk.. hantu yang di deskripsikan di dalamnya.. ‘mereka’ memang ada di situ dan ‘mereka’ memang terlihat seperti itu.. sampai saat ini, papan Ouija yang dimaksud masih ada, dan belum pernah sekalipun dipakai.. Terimakasih sudah membaca...^^
Oops.. satu lagi..
Untuk nama-nama yang saya pakai dalam cerita ini, mohon untuk tidak menyebutkan lokasi yang sebenarnya untuk menjaga kerahasiaan lokasi..^^
Pict sc: my own pict
 

Batas Waktu








Aku masih tak percaya aku bisa mengalami kejadian ini.. aku Nurul.. aku adalah seorang mahasiswa baru di salah satu perguruan tinggi swasta di Bandung. Pengalaman ini terjadi ketika aku sedang menginap di kosan kakakku di daerah geger kalong. Kebetulan kakakku malam itu mengabari bahwa ia tidak akan pulang ke kosan, karena harus mengerjakan tugas kuliahnya di kosan temannya.

Waktu itu aku sedang menonton tv sendiri sambil memakan camilan. Tiba-tiba aku teringat kalau malam ini adalah malam jumat, artinya acara nightmare side Ardan Radio Bandung bakalan dimulai sebentar lagi. Kemudian, Karena tabletku tidak memiliki fitur radio, aku mencoba streaming untuk mendengarkan nightmareside. Setelah kunyalakan, acara baru saja dimulai. Seperti biasa, ceritanya membuatku merinding membayangkan jika aku ada di posisi penulis cerita.. Hiiyy.. 

setelah acara nightmareside ardan selesai, Aku mendapat sebuah pesan BBM dari temanku, Eri. Dia menanyakan tentang cerita nightmare side malam ini.
"Rul, kamu dengerin nightmare ga? Gimana ceritanya, aku cuma dengerin cerita 3 yang tentang jembatan layang itupun cuma bagian ending aja... ceritain lagi doong.." begitu katanya.
Kemudian aku menceritakan satu persatu cerita nightmare itu. Hingga waktu menunjukkan pukul 1 malam.
"Udah ya, aku ngantuk nih, mau tidur dulu"

Setelah kukirim BBM nya, aku langsung mengambil posisi tidur. tapi sebelumnya, aku menyingkir-nyingkirkan boneka-boneka diatas kasur dan menyimpannya di samping kasurku, TV yang menyala ku set timer nya selama 30 menit. Baru sekitar 15 menit aku memejamkan mata, ada suara dari kresek makanan di sebelahku. Seperti ada sesuatu yang memainkannya. Aku membuka mataku dan melihat kearah suara itu, namun tak ada apapun disana.
"Ah mungkin itu cicak yang merayap di kresek itu" fikirku. aku mencoba menggerak-gerakkan kresek itu untuk mengusirnya. Namun aku tak menemukan apa-apa.. hanya ada suara cicak. Ketika aku kembali berbaring diatas kasur, 'puk' ada sesuatu yang terlempar mengenai kakiku. Aku bangkit dan melihatnya, ternyata itu boneka berbentuk emoticon smile. "Loh kenapa ada disini? Perasaan boneka ini kusimpan di samping tempat tidurku?" Fikirku dalam hati. Aku tak memerdulikannya kala itu. karena tanggung sudah bangun, Kunyalakan tab-ku dan membalas chattingan yang masuk, ternyata ada beberapa temanku yang masih terbangun. aku jadi keasikan berbalas pesan dengan temanku. Selang 15 menit TV sudah mati, kulihat jam, ternyata sudah pukul setengah 2 malam. Aku menyimpan kembali tab-ku dan mencoba tidur. Baru saja aku tidur..
"tok tok tok" 
ada suara seperti seseorang mengetuk jendela kamarku dengan jarinya.
"Hah, siapa itu?" Gumam ku..
"Tok tok tok"
 suara itu cukup keras ku dengar, hingga aku penasaran sekali melihat siapa yang mengetuk jendelaku malam-malam.
"Tok tok tok tok tok tok " 
Suara itu semakin kencang kudengar, aku memberanikan diri untuk membuka gordennya, dan, ternyata aku tak melihat apapun dari balik jendela itu, tapi..
"Tok tok tok tok tok"
 aku melihat kaca di depanku bergetar, tapi aku masih tak melihat siapapun. itu artinya posisiku sekarang sedang tepat berhadapan dengan sesuatu yang tak kasat mata..!!
"Tok tok tok tok tok tok tok" 
ketukan itu tetap terdengar diikuti suara seperti menggeram..
"Tok tok tok tok tok tok"
Aku kembali menutup gorden dan kunyalakan lagi TV nya.
Tak berapa lama, Suara itu berhenti, namun kresek yang tadi itu kembali berbunyi seperti ada yang memainkannya.
Aku mencoba untuk tak memerdulikannya, namun ekor mataku kini menangkap sesuatu yang bergerak muncul menembus tembok dan kaca jendela..
"Astaga! Apa itu?"
Kulihat perempuan berbaju putih melayang di depanku! Tinggi! Dia tinggi sekali dan berjalan terseok-seok. Dia melayang menuju pintu.. dengan suara yang menggeram! Untunglah dia tidak melihatku. Aku mencoba untuk tidak bergerak, bahkan aku mencoba menahan nafas, agar hembusan nafasku tak terdengar olehnya. namun, sebelum sampai di pintu, dia.. dia menoleh kearahku! Dan, dan sekarang dia menghampiriku! Ya Tuhan.. matanya putih semua dengan tangan yang sangat kurus dan panjang. Rambut yang menjuntainya bergerak kesana kemari seperti hidup! Dia duduk tepat di depanku. kukunya yang panjang dan mengerikan itu bergerak seakan ingin menyentuh wajahku. ekspresi wajahnya seperti marah. Aku yang ketakutan meringkuk tak berdaya dikasur. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan, aku hanya berdoa agar makhluk itu pergi dari hadapanku. tak lama, Tercium bau seperti rambut terbakar yang menyengat, makhluk itu pergi menembus pintu. Suara geramannya masih terdengar, namun semakin lama semakin menjauh. Malam itu aku tak bisa tidur Bahkan sampai adzan subuh berkumandang.

Siang harinya aku menceritakan semuanya pada kakakku. Dia  bilang, kosan itu memang ada penunggunya, saat jam 12 malam kita tidak boleh berisik, tv juga harus sudah dimatikan. Karena, dulu juga sempat ada kejadian ketika salah satu penghuni kosan disitu masih menyalakan tv sampai jam 3 pagi, kemudian dia di datangi penghuni kosan itu bahkan sampai kesurupan.
Boleh percaya boleh tidak, mungkin cerita ini terdengar seperti dibuat-buat karena penampakannya jelas dan mengerikan seperti di film-film. Namun, aku memang benar-benar mengalaminya.. benar-benar pengalaman buruk yang sangat ingin aku lupakan.



                                                                  ***


cerita ini adalah pengalaman ASLI yang saya alami dengan nama yang disamarkan, cerita ini juga sudah saya kirimkan ke acara Nightmare Side Ardan Radio Bandung. tapi saya belum tau sudah dibacakan atau belum, soalnya akhir-akhir ini selalu disibukkan dengan kegiatan kuliah.. huhuhu (curhat)..
saya juga mau minta maaf karena selama 3 minggu berturut-turut tidak posting apapun di blog.. dan untuk kedepannya sepertinya tidak akan rutin lagi posting setiap minggu, namun yang pasti, setiap postingan, diposting di malam jumat..
oh iya, jika diantara kalian ada yang dengar acara nightmareside bacain cerita ini, kasih tau saya yaa....^^


Pict sc: google
 

Kosan Baru


Sudah sewajarnya jika mahasiswa yang merantau atau memiliki rumah yang jauh dari kampusnya memilih untuk tinggal di sebuah kosan. Tentunya kriteria kosan yang baik adalah yang terdekat dengan kampus, supermarket, warung nasi, tukang fotocopy, dan tempat ibadah. Tapi, yang perlu diingat adalah kamu tak pernah tahu bagaimana sejarah kosan yang kamu tempati sekarang, tentang bagaimana lingkungannya, tentang seperti apa suasana malamnya, atau tentang tanah tempat berdirinya bangunan itu.
Malam itu aku sedang berbaring di ruang tengah di depan pintu kamar sambil internetan di laptop. Ini adalah hari pertama aku menempati kosan ini.
Sebelumnya aku tinggal di kosan yang lumayan jauh dari kampus. Karena aku tidak punya motor, jadi aku merasa capek kalau harus menempuh jarak yang lumayan jauh setiap harinya. Kebetulan ada kosan kosong bekas seniorku yang sudah lulus, lokasinya sangat strategis dan dekat dengan kampus. Jadi ku putuskan untuk pindah kesana.
Dari tadi sore, seusai merapihkan barang-barang dikamarku, aku hanya berbaring malas-malasan di ruang tengah. TV 14 inch berlayar cembung yang terletak bersebrangan dengan kamarku hanya kunyalakan sebentar, lalu kumatikan lagi. Tidak ada acara yang menarik, fikirku.  Aku hanya asik memainkan laptop-ku, sambil sekali-sekali mengecek ke layar HP. Tiba-tiba, suara dering HP-ku berhasil memecah keheningan di ruangan itu. setelah kulihat di layar, ternyata itu dari kak Anis, pemilik kamar kos ini sebelum kutempati. Kak Anis menelepon hanya untuk mencari bukunya yang tertinggal di kamar, dan besok sore dia akan mampir ke kosan ini sebentar untuk mengambil bukunya. Tapi, diakhir kalimat, ia mengatakan sesuatu kepadaku.
“Rul penghuni kosan disitu kan lagi pada nginep di rumah kakak, terus malam ini kamu sama siapa disitu?”
“kalo semuanya pada nginep, berarti aku sendirian disini kak”
“hmm.. kamu pernah dengar cerita ga tentang kosan itu?”
Cerita? Engga.. cerita apa kak?”
“hmm.. engga deh, besok aja aku ceritainnya.. yaudah, hati-hati aja ya.. kalo bisa, temen kamu suruh nginep aja disitu, daripada gaada temen ngobrol”
Setelah berbicara seperti itu, kak Anis berpamitan dan menutup teleponnya.  Aku langsung melanjutkan memainkan laptop-ku tanpa menghiraukan perkataannya. Lagipula, aku sudah terbiasa sendiri. Asal jendela dan pintu terkunci rapat, tak ada yang perlu aku khawatirkan.
Aku masih menatap layar laptop-ku. Mengetik cerpen untuk aku upload di blog pribadiku. Tapi sudah 3 jam, cerpen yang kubuat belum  juga usai. Sepertinya hari ini tidak ada inspirasi. Aku kemudian menghubungi Nita, temanku yang tinggal di kosanku yang dulu. Dan akhirnya kami pindah ke Skype agar bisa video call. ternyata ada Ira juga disana, teman satu kelasku, dan kami ngobrol ini itu dan bercanda sampai tertawa terpingkal-pingkal. Namun ketika di tengah obrolan, tiba-tiba.. mereka berdua berhenti tertawa. Mata mereka focus seperti memandangi layar laptopnya. Ternyata di kotak kecil sebelah kanan atas yang menampilkan gambarku, aku melihat seseorang melangkahiku dan berjalan lurus kearah kamarku. Sesuatu itu berjalan lumayan lambat, karenanya aku bisa melihatnya jelas dari pinggang hingga kakinya.
“tunggu, tadi kalian liat sesuatu ga?” tanyaku pada mereka.
“hmm.. li..liat sih” ucap nita. Ira pun mengangguk setuju. aku mendadak diselimuti rasa takut sekarang, mengingat kak Anis juga berkata kalau ada cerita tentang kosan ini. Kufikir mungkin ceritanya bukan tentang hal seperti ini. Tapi sekarang aku yakin, cerita yang kak Anis maksud adalah cerita tentang penghuni lain di kosan ini. Dengan keringat dingin yang mengucur, nyaliku mulai menciut dan air mata pun ikut menetes.
“kalian tahu ga, kak Anis tadi sempet bilang sesuatu ke aku tentang hal ini”
“kayaknya kamu malem ini nginep aja disini sama kita, nanti kita jemput kesitu sambil sekalian kita beli makan malam” usul Ira. Aku mengangguk saja karena kufikir itu solusi terbaik untuk sekarang ini. tapi tiba-tiba Nita menjerit sambil menunjuk layar laptopnya. Nita pun ikut berteriak
“Astagfirullah..!! Astagfirullah..!!  Nurul, itu dibelakang kamu!!” seru Ira padaku.
Reflek aku langsung melihat pada layar laptop yang mengambil gambarku. Astaga!! Aku benar-benar tak percaya, dibelakangku ada sosok hitam yang sangat tinggi berjalan terseok-seok menghampiriku. Bentuknya tidak menyerupai manusia, karena dia tidak memiliki pundak.. seperti.. seperti burung.. dengan leher yang panjang, rambut hitam menjuntai, wajah putih dan mata yang merah besar yang menonjol keluar.
“Aaaaaaaaa!!”
Aku berteriak histeris, saat aku melihat ke belakang, wajahku dan wajah makhluk itu kini tepat saling berhadap-hadapan. Hanya ada jarak sekitar 3 cm antara kami. Lututku lemas, seluruh badanku bergetar hebat, pandanganku mulai kabur, dan aku kehilangan kesadaranku.

Aku tak tau berapa lama aku tak sadarkan diri, yang jelas ketika hidungku sudah dapat mencium bau minyak kayu putih, aku mencoba membuka mataku perlahan, dan kulihat, banyak orang yang mengelilingiku. Diantaranya ada Ibu dan Bapak pemilik kosan, tetangga disamping kosan, pak ustad, dan Ada Ira dan Nita juga. Setelah Nita memberikanku teh manis hangat, ia menceritakan padaku apa yang terjadi. Ternyata, setelah aku berteriak histeris, aku tiba-tiba menggeram sendiri dan berjalan seperti merangkak, namun dengan posisi kaki yang hampir tegak. Nita menambahkan bahwa Ketika mataku melihat layar laptop, aku menyeringai dan kemudian menginjak laptop itu.
setelah koneksi skype terputus, mereka langsung berinisiatif untuk dating kesini dengan membawa beberapa orang, termasuk pak Ustad, karena mereka khawatir terjadi apa-apa denganku. Pak ustad bilang, kalau aku harus banyak beribadah dan berdoa. Agar hal ini tidak terulang lagi.
 Setelah keadaan mulai membaik, orang-orang berpamitan. Dan malam itu, aku memutuskan untuk menginap di kosan Nita.



 Pict sc : google


 

Night Story


Malam ini aku pulang lebih larut dari biasanya. Maklum, dirumahku sedang tidak ada siapa-siapa. Sejak subuh tadi, ibu dan ayahku pergi ke Surabaya untuk menjenguk saudara yang baru saja melahirkan. Mereka bilang, mereka akan tinggal disana selama seminggu. Sebenarnya aku ingin sekali ikut dengan mereka untuk sekalian berlibur, namun mereka melarangku, mereka bilang aku tidak boleh bolos terlalu lama, mengingat aku sudah kelas 3 SMA dan sebentar lagi aku akan menghadapi ujian nasional.
Ketika aku masuk ke rumahku, kulihat bi Ipah, asisten rumah tanggaku sedang duduk dan tertunduk lesu di ruangan TV. Dia asisten rumah tangga baru, dan baru bekerja 2 minggu di rumah ini. Aku sedikit tidak suka dengannya, karena dia sering melaporkan apapun pada ibuku.
“eh bibi, aku kira udah tidur. Jangan bilang-bilang ke ibu ya bi, kalo Puput pulang malem.. please..”
Bi Ipah hanya diam dan pergi begitu saja.
Ah, jangan-jangan bi Ipah mau melaporkanku ke Ibu, fikirku. Kemudian kuikuti saja dia dari belakang. Kulihat dia berjalan kearah dapur dan berhenti di depan meja makan. Aku terus merajuk pada bi Ipah.
“bi, ayo dong bi, please.. jangan laporin Puput kali ini.. ya.. ya.. please..”
Bi Ipah tak merespon sedikitpun, menyebalkan.
“tadi Puput main kerumah temen buat kerja kelompok, tapi pulangnya malah ujan, maklum lah, kan akhir-akhir ini bandung terus diguyur hujan, bibi tau sendiri kan?”
Bi Ipah masih diam. Mungkin karena alasan yang kubuat kurang masuk akal, karena hari ini cuaca sangat cerah dan tidak ada hujan sedikitpun sepanjang perjalanan yang kulalui menuju rumah. Aku kembali memikirkan alasan lagi agar lebih meyakinkan.
“tadi bener kok bi ada ujan, tapi sebentar doang, rumah kita aja yang ga keujanan”
“bibi bikinin makan malam ya buat Non Puput, Nyonya  berpesan Non jangan sampe pulang larut malem, Non harus nurut apa kata ibu Non”
“iya deh bi.. aku gak akan ngulangin lagi, tapi please jangan laporin ke ibu yaa.. please..”
Tiba-tiba handphone di tasku bordering. Kubuka resleting tasku dan kuambil handphone yang kutaruh di saku kecilnya.
“ah, ternyata dari ibu”
Kujawab panggilannya sambal berjalan kearah ruang TV, sementara bi Ipah masih memasakkan sesuatu untukku.
“hallo bu..”
“Put, kamu dimana?”
“Aku dirumah bu, ibu sudah sampai mana?”
“ibu dan ayah sekarang sedang dijalan mau pulang. Kami tidak jadi ke Surabaya”
“loh kenapa?” tanyaku heran
Kamu kunci semua pintu dirumah ya, ibu dan ayah khawatir kalo harus ninggalin kamu sendirian dirumah.. tapi ibu sudah menelepon tetangga kita, bu Anis, supaya sementara kamu menginap di rumahnya dulu”
“ah ibu.. aku kan sudah dewasa, lagian kan aku disini tidak sendirian”
“kamu nyuruh Ratih buat menginap lagi ya? Yasudah, sebaiknya kalian cepat tidur, besok pagi-pagi sekali ibu dan ayah tiba di rumah, kamu langsung siap-siap, jam 7 kita harus langsung pergi ke pemakaman bi Sari.. oh iya, kamu belum tau ya? Bi Sari tadi siang mengalami kecelakaan, dia tertabrak truk pas mau kepasar dan langsung meninggal ditempat”
Segera ku tutup telepon, dan seketika itu tubuhku langsung bergetar kencang disertai keringat dingin mengucur deras dari pelipis..
Seingatku ibu dan ayah selalu memanggil bi saripah dengan sebutan Sari, dan hanya aku dirumah ini yang memanggilnya Ipah.
Tiba-tiba terdengar sebuah panggilan dari arah ruang makan.
"Non, makanannya sudah siap, jangan khawatir Non, pintu sudah bibi kunci semuanya”


 Pict sc : google

 

IN ONE NIGHT





aku baru pulang dari perpus, aku langsung berhambur masuk ke kosanku, tak sabar rasanya ingin cepat membaringkan tubuhku diatas kasur. Suara kunci yang membuka pintu kamarku terdengar sedikit gaduh, membuat Renata, teman kosanku, mengintip dibalik pintu kamarnya.
"Widiih,, jam segini baru pulang ngampus,, darimana aja rul?"
"Abis di perpus ren, eh, di jalan malah ketemu sama Vina, jadi
kebablasan ngobrol panjang lebar deh"
"Kamu mau beli makan keluar ga? Bareng yuu.."
"Ngga ah Ren, aku cape banget, mau langsung mandi terus tidur deh"
"Yee,, yaudah deh,, aku keluar dulu ya beli makan"
"Oke deh"
Namaku nurul, aku mahasiswa tingkat akhir di sebuah universitas negeri di bandung. Kosanku berada di daerah geger kalong yang letaknya sangat strategis menurutku. Selain dekat dengan kampus, banyak sekali pedagang disekitarnya. Dan tentu saja banyak pula orang yang berlalu lalang di depan kosanku.
Malam itu tubuhku sangat lelah, usai membersihkan badan, aku langsung menarik selimut dan mengambil posisi tidur. Baru beberapa menit aku tertidur, aku mendengar suara ibu-ibu yang membangunkanku.
"Neng, gugah neng.. bantosan ibu neng.. gugah.." (neng, bangun .. bantuin ibu neng.. bangun..)
Dalam hati aku bergerutu,
"berisik banget ih tetangga sebelah"
Dan tanpa membuka mataku, aku menghiraukan suara itu dan mencoba kembali tidur, tapi suara itu makin jelas berdengung di telingaku,
"Neng, gugah neng.. bantosan ibu.. ibu hoyong uih .." ( neng.. bangun neng.. bantuin ibu.. ibu mau pulang..)
Semakin ku abaikan, Suara lirih itu kian terdengar jelas, dengan nada yang memelas dan sedikit terisak. aku langsung membuka mataku dan melihat ke sekeliling kamarku, dan ternyata.. Astaga, di samping kasurku kini ada seorang ibu-ibu, dengan posisi setengah tubuhnya menembus tembok dan dengan wajah yang memelas, dia terus saja meminta bantuanku dengan melambaikan tangannya.
"Neng bantosan ibu neng,, ibu hoyong uih.." (neng bantuin ibu neng,, ibu mau pulang)
Sontak aku kaget melihatnya, aku langsung berfikir untuk lari dari kamar dan meminta bantuan orang-orang, tapi saat aku akan beranjak dari kasur, kulihat aku menindih seseorang yang sedang tertidur di kasurku. Ketika kulihat wajahnya "ASTAGA!! Ternyata orang yang tidur dikasurku itu adalah AKU sendiri?" Aku kaget bukan kepalang, sementara itu, ibu-ibu yang daritadi meminta bantuanku kini menarik tanganku dan.. dan.. ya tuhan,, aku diseret keluar menembus tembok!! Kini aku berada di luar rumah, tepatnya di gang kecil yang bersampingan dengan kamarku. Ibu-ibu itu terus menggenggam tanganku.
"Neng pang anteurkeun ibu ka daerah geger kalong hilir, komplek perumahan. Ibu hoyong uih, ibu nyasar teu apal jalan. ibu tos milarian jalmi kamamana, tapi cuma neng nu tiasa ngabantosan, tulungan ibu neng.. anteurkeun ibu uih.."
(Neng antarkan ibu ke daerah geger kalong hilir, komplek perumahan. Ibu mau pulang, ibu sudah mencari orang kemana-mana, tapi hanya neng yang bisa membantu, tolong ibu.. antarkan ibu pulang)
"Ini udah malem bu, ibu naik angkot aja dari sini sekali.."
"Ibu mohon, antarkan ibu pulang, ibu gatau jalannya neng.."
"I..iya bu., tapi saya mau ganti baju dulu.."
"Tak ada waktu lagi,, antarkan ibu pulang, neng.."
"Yaudah, saya anterin tapi saya mau pake sendal dulu bu"
"Antarkan ibu, sekarang!"
"Ba..baik bu.."
Dengan rasa takut dan keringat dingin bercucuran, aku berjalan melewati gang-gang kecil agar dapat memotong jalan menuju daerah yang dimaksud ibu itu, tanganku masih dia genggam, wajahnya menunduk dengan rambut terurai berantakan yang hampir menutupi wajahnya. Aku tidak berani melihat wajahnya dari dekat. Aku terus berdoa dalam hati agar aku bisa terbangun dari mimpi buruk ini, aku yakin ini hanya mimpi buruk saja.
Lama aku berjalan, melewati rumah demi rumah sambil ku tunjuk satu persatu rumah yang berderet itu, untuk memastikan apakah salah satu rumah yang ku tunjuk itu milik ibu itu atau bukan. Samar-samar dari kejauhan terdengar suara riuh orang yang seperti sedang mengadakan suatu acara pengajian, langkahku langsung terhenti karena ibu itu menarik tanganku, genggamannya semakin erat, dan tubuhnya bergetar. Aku memberanikan diri untuk melihat wajahnya, mimik mukanya seperti menangis, tapi tak ada air mata yang mengalir dari wajahnya. Ibu itu kemudian menunjuk sebuah rumah, ternyata sumber suara yang terdengar riuh itu berasal dari rumah itu, rumah yang ramai dikunjungi orang-orang berpakaian hitam. Tapii.. tunggu.. sepertinya suara riuh itu terdengar seperti orang yang sedang mengaji? Belum sempat ku menerka, ibu itu melepaskan genggaman tangannya,
"Neng, itu rumah ibu, terimakasih sudah mengantarkan ibu pulang, ibu sangat khawatir dengan anak dan suami. Kalo neng mau pulang, neng tinggal lurus saja dari sini, nanti ada pom bensin, neng bisa naik angkot, neng duduk saja, tapi jangan sampai menindih orang, turun angkotnya loncat saja, masuk rumahnya jangan lewat pintu, lewat tembok yang tadi kita lewati"
Setelah berbicara seperti itu, ibu itu langsung berlalu menghampiri rumahnya. Suara riuh dari rumah itu kini terdengar jelas, ternyata itu suara TAHLILAN!!
"Aku langsung membalikan badanku untuk berlari kearah yang di tunjukkan ibu itu, ketika aku membalikan badanku, dihadapanku ada bendera kuning yang berkibar, sontak bulu kudukku meremang, darahku berdesir hingga ubun-ubun, keringat dingin semakin bercucuran. Aku berlari sekencang-kencangnya, tak peduli apapun walau kakiku sakit karena harus menapaki banyak batu kerikil tanpa memakai alas kaki. Dan benar saja, di depan ada sebuah pom bensin, hatiku tenang rasanya. Kuhampiri pom bensin itu untuk bertanya apakah masih ada angkot yang menuju kearah kosanku. Disitu ada seorang pegawai laki-laki yang sedang duduk sambil tertidur, tidak jauh dari situ, ada 3 motor dan 6 orang laki-laki yang berpakaian lengkap seperti BIKER. Aku menghampiri penjaga pom bensin itu dan membangunkannya, tapi dia hanya bergumam kesal tanpa membuka matanya dan kembali tertidur. Aku kesal, dan sedikit takut dengan 6 orang laki-laki itu. Kuputuskan untuk menyetop angkot di depan saja, bertanya langsung pada supirnya. Kupercepat jalanku agar 6 orang laki-laki itu tidak menggangguku, dan benar saja, dua diantaranya mencoba menggodaku dengan siulan dan rayuannya.. dan satu lainnya menghampiriku,
"Maaf ya teman-teman saya mengganggu kamu, kamu mau kemana? Ga baik gadis berkeliaran malam gini.. mau kuantar?"
Tanpa meliriknya, Kuabaikan ucapannya karena aku takut itu hanya modus saja,
"Mau pulang ke kosan ya? Kalo naik angkot bahaya, ga akan ada angkot yang berhenti, kamu harus naik angkot dengan ngejar angkot itu, kemudian turun dengan melompat. Kalo mau, kamu lari sekarang kearah sana, tapi ingat, jangan pernah melihat ke belakang..!!"
Kata-kata aneh yang terucap dari laki-laki itu membuatku bingung, aku langsung melihat kearahnya, dan ternyata dari dekat kulihat banyak darah yang bercucuran dari pelipisnya. Bukan hanya dia, teman-temannya pun hampir seluruh badannya dipenuhi tanah bercampur darah. Apalagi ini? Kenapa hari ini aku banyak sekali bertemu dengan orang-orang aneh. Tanpa fikir panjang aku Langsung mengucapkan terimakasih padanya Dan berlari kearah yang di tunjuk sesuai saran laki-laki tersebut. Aneh,, padahal aku bukan seorang pelari sprint nasional yang mendapatkan medali emas, tapi hanya dalam 2 menit saja, aku sudah bisa melihat kosanku. Padahal jarak pom bensin yang berada di jl. setiabudi dengan kosanku sekitar 2 kilometer.
Itu dia!! Tembok samping kamarku yang tadi kulalui. Aku ragu aku bisa menembus tembok ini seperti ketika ibu itu menarik tanganku. Tapi aku Tak ingin berlama-lama lagi, aku langsung mencoba menerobos.
Aku tersentak kaget, dan terbangun dari atas kasurku. Ya Tuhan! Ternyata ini hanya mimpi, kulihat jam dinding merah muda yang tergantung di tembok samping kasurku.jarum pendeknya mengarah ke angka setengah Lima, Dan semenit kemudian alarm Handphone-ku berbunyi, adzan subuh pun berkumandang, dengan malas dan mata yang masih berat kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi. Baru saja kakiku menginjak lantai, aku merasakan sakit dan perih di telapak kakiku, aku langsung memeriksanya Dan ternyata telapak kakiku lecet-lecet dan sedikit berdarah. Ya ampuun!! Mungkin ini karena kemarin aku berdiri lama memakai pentopel baru yang kebetulan bahannya kurang cocok untuk dipakai berjalan mondar-mandir seperti kemarin. Setelah beres mandi dan shalat, aku bercermin untuk menyisir rambut dan memoleskan sedikit make up. Aneh, rasanya badanku sangat lelah, mataku merah, dan ada sedikit lingkar hitam di bawahnya, seperti telah begadang. Ah sudahlah, mungkin karena efek mimpi buruk yang kudapatkan semalam akibat kemarinnya terlalu kelelahan, atau mungkin badanku memang sedang tidak sehat. Maklum, cuaca masih berubah-ubah, rentan sekali badan ini terserang penyakit, apalagi ditambah banyaknya kegiatan yang sangat menyita waktu istirahat Dan waktu makanku.

Jam menunjukkan pukul 09.45, aku baru ingat kalau hari ini ada janji dengan pacarku untuk menghadiri acara pernikahan temanku. Aku kemudian bersiap-siap dan menunggu jemputan. Satu jam kemudian pacarku menjemputku menggunakan motornya, dan kamipun pergi ke tempat undangan yang di tuju. Sepulangnya dari undangan, rencananya kami akan makan siang di luar, tapi pacarku bilang karena aku sedang tidak enak badan jadi dia akan mengantarkanku ke kosan saja, agar bisa segera istirahat. Ketika kami di jalan, aku teringat mimpiku lagi, aku masih penasaran dengan mimpi aneh yang semalam ku alami. Aku meminta pacarku untuk mengambil jalan memutar yang kebetulan memang melewati jalan menuju rumah ibu-ibu yang kuantarkan semalam Itu di mimpiku.
"Kak, coba deh belok kiri"
"Belok kiri? Ngapain? Itu kan jalan ke arah perumahan. Memangnya kamu mau kemana?"
"coba belok dulu aja"
"Iyaa deh iyaa"
"Nah, aku ingat, dari sini belok kanan"
"kamu sebenernya mau kemana sih? Itu kan gang kecil.."
"Gak apa-apa, belok dulu aja"
"Hari ini kamu aneh, sebenernya mau kemana sih?"
"Udah jalan aja, nanti aku ceritain.. nah, dari sini belok kanan yaa.. harusnya sih rumahnya ada di depan"
Setelah motor berbelok ke arah kanan dari kejauhan ada sebuah bendera kuning yang berkibar. Tak jauh dari situ ada sebuah rumah yang sedang di kerumuni orang-orang berbaju hitam. Samar-samar terdengar isak tangis di dalamnya. Aku bertanya ke salah satu orang yang berada di sana. Kabarnya di rumah itu ada seorang ibu-ibu meninggal yang baru di makamkan tadi pagi. Jadi, mimpi yang semalam kualami itu.. NYATA!!??


Pict sc : google
 

FAITHFULNESS



Darah tercecer dimana-mana. Pria bajingan itu tersudut di pojok ruangan gelap dan merintih kesakitan di depanku. Meskipun terkapar tak berdaya, mulutnya terus saja mengumpat.

“anjing!! Bajingan busuk!! Sialan!! Pergi kau!! Dasar terkutuk!!”

Percuma saja bicara, itu takkan menyelamatkan nyawamu. Aku masih menyimpan dendam yang sangat besar padamu. Kau sudah membunuh sahabatku.

Richard, ia adalah seorang tentara gagah yang baik hati. Hanya karena Suzanne lebih memilihnya, kau tega menghabisi nyawanya. Kau lupa kalau Richard masih memiliki sahabat sepertiku yang dapat mencarimu dan membalaskan dendam untuknya.

“911.. tolong aku.. si... silver... silver street nomor 45... aku sedang...”

belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya pada seseorang yang berbicara di balik benda kecil itu, ku gigit lehernya sambil sedikit kukunyah, sampai darah tersembur keluar dan seluruh tubuhku menjadi merah karenanya. Aku puas! Sangat puas! Dia hanya mengejang sebentar dan kemudian tak bergerak lagi. Dengan menyiksanya seperti ini, dendamku terbalaskan.

Tak lama, datang orang-orang berbaju sama menodongkan sesuatu padaku.

“lapor Komandan! Sepertinya korban sudah meninggal..”
“tembak mati saja, biar kita bisa segera membawa korban”

Tiba-tiba sesuatu menembus dadaku, rasanya sangat sakit, membuat tubuhku roboh seketika dan perlahan semuanya terlihat gelap. Di detik-detik terakhirku sebelum aku kehilangan kesadaran, aku sempat mendengar sesuatu.

“komandan, apa sebaiknya kita bawa saja mayatnya?”
“tidak, kita hanya membawa mayat korban.. biarkan saja dia disitu. Rumah ini terpencil. Tidak akan ada orang yang akan mencium bau bangkainya”.



pict sc : google
 

HIDE AND SEEK


Baru empat hari yang lalu aku mengenal mereka, tapi kami berempat sudah begitu akrab seperti sudah saling mengenal sangat lama. 

“hompimpa alaihum gambreng”

“Apa? Aku lagi yang jaga?” ucapku tak percaya.
“hey, aku tahu kalian curang.. kalian sudah sepakat untuk menelungkupkan tangan kalian kan?” mereka hanya terbahak melihatku bersungut-sungut dengan wajah yang memerah. Walaupun aku kesal, kumulai saja permainannya. Kuhitung sampai sepuluh dan..

“sudah siap? Dimana kalian?”

sesuai kesepakatan, kami memulai permainan di pohon belakang rumah, dan bersembunyi hanya di dalam rumah saja, jadi aku segera berlari masuk rumah untuk mencari mereka. aku langsung memeriksa kolong kasur, mereka tidak ada disana. Di lemaripun aku tidak menemukannya.

"awas saja kalau aku menemukan mereka bersembunyi di halaman depan!" celotehku sambil terus mencari dari ruangan satu ke ruangan lainnya.

 Ketika aku memeriksa dapur, aku tak percaya, si kecil Ludwig, satu-satunya anak laki-laki yang bodoh itu bersembunyi di samping kulkas, meringkuk dengan posisi tubuhnya menghadap tembok. Aku terkekeh melihatnya..
“kau fikir dengan meringkuk membelakangiku seperti itu aku tidak akan melihatmu, huh?” fikirku dalam hati.

“minggir kau bodoh!”
“hey Jane, seharusnya aku yang bersembunyi di balik tirai itu”
“kau cari saja tempat lain!”
Ah lagi lagi aku kalah cepat dengannya.. aku berlari ke ruangan lain. “apa sebaiknya aku bersembunyi disini ya?” fikirku.
“hey, kau tak bisa bersembunyi disitu, kau akan cepat ketahuan!”
Marry kemudian menepuk keras kepalaku saat aku melirik kearahnya, dan..
‘brukk’ kepalaku membentur lantai dengan keras, ada darah yang mengucur di kepalaku.. “aww sakit!!” jeritku. Bukannya minta maaf, Marry menyebalkan itu malah tertawa puas melihatku.

Tap.. tap.. tap..
Ada suara langkah kaki di belakang kami.. sontak aku dan Marry menoleh ke sumber suara itu, dan..

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!”

Ketika kami melihatnya, kami tahu permainan sudah berakhir..


Pict sc : google
 

The Darkest Love


Aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimanapun aku merunut semua masalah ini dari awal, tidak ada satu solusipun yang dapat kutemukan.

 Orang tuaku melarang aku menikah dengan Albert. Mereka bilang aku bisa menikah dengan siapa saja, asal jangan dengannya. bahkan ibuku sampai mengancam bahwa ia akan mengurungku di suatu tempat jika aku tetap mengatakan hal yang sama padanya. Padahal apa yang salah, Albert adalah orang terbaik yang pernah aku kenal. Aku benar-benar sakit hati pada orang tuaku sendiri.

Di sisi atas gedung tinggi ini, aku akan mengakhiri semuanya.

Dengan mata tertutup aku melangkah..

satu langkah terakhir yang kini membuatku terbang..

ya, sekarang aku terbang dengan senyum yang merekah..

tetesan airmataku tersapu angin..

seiring dengan menguapnya segala duka yang telah mengendap begitu lama..

aku benar-benar bahagia..

aku kini sangat bahagia..

Tak lama berselang, aku membuka mataku. Banyak orang yang sedang berdiri mengelilingiku dan.. Lihat!! Aku melihat Albert!! dia duduk disamping tubuhku yang terbaring lesu dengan wajah yang tertunduk sedih. Tapi aku senang, karena mulai hari ini dan seterusnya aku dapat memeluknya.



Pict sc: google