Let me tell you my story..

Night Story


Malam ini aku pulang lebih larut dari biasanya. Maklum, dirumahku sedang tidak ada siapa-siapa. Sejak subuh tadi, ibu dan ayahku pergi ke Surabaya untuk menjenguk saudara yang baru saja melahirkan. Mereka bilang, mereka akan tinggal disana selama seminggu. Sebenarnya aku ingin sekali ikut dengan mereka untuk sekalian berlibur, namun mereka melarangku, mereka bilang aku tidak boleh bolos terlalu lama, mengingat aku sudah kelas 3 SMA dan sebentar lagi aku akan menghadapi ujian nasional.
Ketika aku masuk ke rumahku, kulihat bi Ipah, asisten rumah tanggaku sedang duduk dan tertunduk lesu di ruangan TV. Dia asisten rumah tangga baru, dan baru bekerja 2 minggu di rumah ini. Aku sedikit tidak suka dengannya, karena dia sering melaporkan apapun pada ibuku.
“eh bibi, aku kira udah tidur. Jangan bilang-bilang ke ibu ya bi, kalo Puput pulang malem.. please..”
Bi Ipah hanya diam dan pergi begitu saja.
Ah, jangan-jangan bi Ipah mau melaporkanku ke Ibu, fikirku. Kemudian kuikuti saja dia dari belakang. Kulihat dia berjalan kearah dapur dan berhenti di depan meja makan. Aku terus merajuk pada bi Ipah.
“bi, ayo dong bi, please.. jangan laporin Puput kali ini.. ya.. ya.. please..”
Bi Ipah tak merespon sedikitpun, menyebalkan.
“tadi Puput main kerumah temen buat kerja kelompok, tapi pulangnya malah ujan, maklum lah, kan akhir-akhir ini bandung terus diguyur hujan, bibi tau sendiri kan?”
Bi Ipah masih diam. Mungkin karena alasan yang kubuat kurang masuk akal, karena hari ini cuaca sangat cerah dan tidak ada hujan sedikitpun sepanjang perjalanan yang kulalui menuju rumah. Aku kembali memikirkan alasan lagi agar lebih meyakinkan.
“tadi bener kok bi ada ujan, tapi sebentar doang, rumah kita aja yang ga keujanan”
“bibi bikinin makan malam ya buat Non Puput, Nyonya  berpesan Non jangan sampe pulang larut malem, Non harus nurut apa kata ibu Non”
“iya deh bi.. aku gak akan ngulangin lagi, tapi please jangan laporin ke ibu yaa.. please..”
Tiba-tiba handphone di tasku bordering. Kubuka resleting tasku dan kuambil handphone yang kutaruh di saku kecilnya.
“ah, ternyata dari ibu”
Kujawab panggilannya sambal berjalan kearah ruang TV, sementara bi Ipah masih memasakkan sesuatu untukku.
“hallo bu..”
“Put, kamu dimana?”
“Aku dirumah bu, ibu sudah sampai mana?”
“ibu dan ayah sekarang sedang dijalan mau pulang. Kami tidak jadi ke Surabaya”
“loh kenapa?” tanyaku heran
Kamu kunci semua pintu dirumah ya, ibu dan ayah khawatir kalo harus ninggalin kamu sendirian dirumah.. tapi ibu sudah menelepon tetangga kita, bu Anis, supaya sementara kamu menginap di rumahnya dulu”
“ah ibu.. aku kan sudah dewasa, lagian kan aku disini tidak sendirian”
“kamu nyuruh Ratih buat menginap lagi ya? Yasudah, sebaiknya kalian cepat tidur, besok pagi-pagi sekali ibu dan ayah tiba di rumah, kamu langsung siap-siap, jam 7 kita harus langsung pergi ke pemakaman bi Sari.. oh iya, kamu belum tau ya? Bi Sari tadi siang mengalami kecelakaan, dia tertabrak truk pas mau kepasar dan langsung meninggal ditempat”
Segera ku tutup telepon, dan seketika itu tubuhku langsung bergetar kencang disertai keringat dingin mengucur deras dari pelipis..
Seingatku ibu dan ayah selalu memanggil bi saripah dengan sebutan Sari, dan hanya aku dirumah ini yang memanggilnya Ipah.
Tiba-tiba terdengar sebuah panggilan dari arah ruang makan.
"Non, makanannya sudah siap, jangan khawatir Non, pintu sudah bibi kunci semuanya”


 Pict sc : google

 

IN ONE NIGHT





aku baru pulang dari perpus, aku langsung berhambur masuk ke kosanku, tak sabar rasanya ingin cepat membaringkan tubuhku diatas kasur. Suara kunci yang membuka pintu kamarku terdengar sedikit gaduh, membuat Renata, teman kosanku, mengintip dibalik pintu kamarnya.
"Widiih,, jam segini baru pulang ngampus,, darimana aja rul?"
"Abis di perpus ren, eh, di jalan malah ketemu sama Vina, jadi
kebablasan ngobrol panjang lebar deh"
"Kamu mau beli makan keluar ga? Bareng yuu.."
"Ngga ah Ren, aku cape banget, mau langsung mandi terus tidur deh"
"Yee,, yaudah deh,, aku keluar dulu ya beli makan"
"Oke deh"
Namaku nurul, aku mahasiswa tingkat akhir di sebuah universitas negeri di bandung. Kosanku berada di daerah geger kalong yang letaknya sangat strategis menurutku. Selain dekat dengan kampus, banyak sekali pedagang disekitarnya. Dan tentu saja banyak pula orang yang berlalu lalang di depan kosanku.
Malam itu tubuhku sangat lelah, usai membersihkan badan, aku langsung menarik selimut dan mengambil posisi tidur. Baru beberapa menit aku tertidur, aku mendengar suara ibu-ibu yang membangunkanku.
"Neng, gugah neng.. bantosan ibu neng.. gugah.." (neng, bangun .. bantuin ibu neng.. bangun..)
Dalam hati aku bergerutu,
"berisik banget ih tetangga sebelah"
Dan tanpa membuka mataku, aku menghiraukan suara itu dan mencoba kembali tidur, tapi suara itu makin jelas berdengung di telingaku,
"Neng, gugah neng.. bantosan ibu.. ibu hoyong uih .." ( neng.. bangun neng.. bantuin ibu.. ibu mau pulang..)
Semakin ku abaikan, Suara lirih itu kian terdengar jelas, dengan nada yang memelas dan sedikit terisak. aku langsung membuka mataku dan melihat ke sekeliling kamarku, dan ternyata.. Astaga, di samping kasurku kini ada seorang ibu-ibu, dengan posisi setengah tubuhnya menembus tembok dan dengan wajah yang memelas, dia terus saja meminta bantuanku dengan melambaikan tangannya.
"Neng bantosan ibu neng,, ibu hoyong uih.." (neng bantuin ibu neng,, ibu mau pulang)
Sontak aku kaget melihatnya, aku langsung berfikir untuk lari dari kamar dan meminta bantuan orang-orang, tapi saat aku akan beranjak dari kasur, kulihat aku menindih seseorang yang sedang tertidur di kasurku. Ketika kulihat wajahnya "ASTAGA!! Ternyata orang yang tidur dikasurku itu adalah AKU sendiri?" Aku kaget bukan kepalang, sementara itu, ibu-ibu yang daritadi meminta bantuanku kini menarik tanganku dan.. dan.. ya tuhan,, aku diseret keluar menembus tembok!! Kini aku berada di luar rumah, tepatnya di gang kecil yang bersampingan dengan kamarku. Ibu-ibu itu terus menggenggam tanganku.
"Neng pang anteurkeun ibu ka daerah geger kalong hilir, komplek perumahan. Ibu hoyong uih, ibu nyasar teu apal jalan. ibu tos milarian jalmi kamamana, tapi cuma neng nu tiasa ngabantosan, tulungan ibu neng.. anteurkeun ibu uih.."
(Neng antarkan ibu ke daerah geger kalong hilir, komplek perumahan. Ibu mau pulang, ibu sudah mencari orang kemana-mana, tapi hanya neng yang bisa membantu, tolong ibu.. antarkan ibu pulang)
"Ini udah malem bu, ibu naik angkot aja dari sini sekali.."
"Ibu mohon, antarkan ibu pulang, ibu gatau jalannya neng.."
"I..iya bu., tapi saya mau ganti baju dulu.."
"Tak ada waktu lagi,, antarkan ibu pulang, neng.."
"Yaudah, saya anterin tapi saya mau pake sendal dulu bu"
"Antarkan ibu, sekarang!"
"Ba..baik bu.."
Dengan rasa takut dan keringat dingin bercucuran, aku berjalan melewati gang-gang kecil agar dapat memotong jalan menuju daerah yang dimaksud ibu itu, tanganku masih dia genggam, wajahnya menunduk dengan rambut terurai berantakan yang hampir menutupi wajahnya. Aku tidak berani melihat wajahnya dari dekat. Aku terus berdoa dalam hati agar aku bisa terbangun dari mimpi buruk ini, aku yakin ini hanya mimpi buruk saja.
Lama aku berjalan, melewati rumah demi rumah sambil ku tunjuk satu persatu rumah yang berderet itu, untuk memastikan apakah salah satu rumah yang ku tunjuk itu milik ibu itu atau bukan. Samar-samar dari kejauhan terdengar suara riuh orang yang seperti sedang mengadakan suatu acara pengajian, langkahku langsung terhenti karena ibu itu menarik tanganku, genggamannya semakin erat, dan tubuhnya bergetar. Aku memberanikan diri untuk melihat wajahnya, mimik mukanya seperti menangis, tapi tak ada air mata yang mengalir dari wajahnya. Ibu itu kemudian menunjuk sebuah rumah, ternyata sumber suara yang terdengar riuh itu berasal dari rumah itu, rumah yang ramai dikunjungi orang-orang berpakaian hitam. Tapii.. tunggu.. sepertinya suara riuh itu terdengar seperti orang yang sedang mengaji? Belum sempat ku menerka, ibu itu melepaskan genggaman tangannya,
"Neng, itu rumah ibu, terimakasih sudah mengantarkan ibu pulang, ibu sangat khawatir dengan anak dan suami. Kalo neng mau pulang, neng tinggal lurus saja dari sini, nanti ada pom bensin, neng bisa naik angkot, neng duduk saja, tapi jangan sampai menindih orang, turun angkotnya loncat saja, masuk rumahnya jangan lewat pintu, lewat tembok yang tadi kita lewati"
Setelah berbicara seperti itu, ibu itu langsung berlalu menghampiri rumahnya. Suara riuh dari rumah itu kini terdengar jelas, ternyata itu suara TAHLILAN!!
"Aku langsung membalikan badanku untuk berlari kearah yang di tunjukkan ibu itu, ketika aku membalikan badanku, dihadapanku ada bendera kuning yang berkibar, sontak bulu kudukku meremang, darahku berdesir hingga ubun-ubun, keringat dingin semakin bercucuran. Aku berlari sekencang-kencangnya, tak peduli apapun walau kakiku sakit karena harus menapaki banyak batu kerikil tanpa memakai alas kaki. Dan benar saja, di depan ada sebuah pom bensin, hatiku tenang rasanya. Kuhampiri pom bensin itu untuk bertanya apakah masih ada angkot yang menuju kearah kosanku. Disitu ada seorang pegawai laki-laki yang sedang duduk sambil tertidur, tidak jauh dari situ, ada 3 motor dan 6 orang laki-laki yang berpakaian lengkap seperti BIKER. Aku menghampiri penjaga pom bensin itu dan membangunkannya, tapi dia hanya bergumam kesal tanpa membuka matanya dan kembali tertidur. Aku kesal, dan sedikit takut dengan 6 orang laki-laki itu. Kuputuskan untuk menyetop angkot di depan saja, bertanya langsung pada supirnya. Kupercepat jalanku agar 6 orang laki-laki itu tidak menggangguku, dan benar saja, dua diantaranya mencoba menggodaku dengan siulan dan rayuannya.. dan satu lainnya menghampiriku,
"Maaf ya teman-teman saya mengganggu kamu, kamu mau kemana? Ga baik gadis berkeliaran malam gini.. mau kuantar?"
Tanpa meliriknya, Kuabaikan ucapannya karena aku takut itu hanya modus saja,
"Mau pulang ke kosan ya? Kalo naik angkot bahaya, ga akan ada angkot yang berhenti, kamu harus naik angkot dengan ngejar angkot itu, kemudian turun dengan melompat. Kalo mau, kamu lari sekarang kearah sana, tapi ingat, jangan pernah melihat ke belakang..!!"
Kata-kata aneh yang terucap dari laki-laki itu membuatku bingung, aku langsung melihat kearahnya, dan ternyata dari dekat kulihat banyak darah yang bercucuran dari pelipisnya. Bukan hanya dia, teman-temannya pun hampir seluruh badannya dipenuhi tanah bercampur darah. Apalagi ini? Kenapa hari ini aku banyak sekali bertemu dengan orang-orang aneh. Tanpa fikir panjang aku Langsung mengucapkan terimakasih padanya Dan berlari kearah yang di tunjuk sesuai saran laki-laki tersebut. Aneh,, padahal aku bukan seorang pelari sprint nasional yang mendapatkan medali emas, tapi hanya dalam 2 menit saja, aku sudah bisa melihat kosanku. Padahal jarak pom bensin yang berada di jl. setiabudi dengan kosanku sekitar 2 kilometer.
Itu dia!! Tembok samping kamarku yang tadi kulalui. Aku ragu aku bisa menembus tembok ini seperti ketika ibu itu menarik tanganku. Tapi aku Tak ingin berlama-lama lagi, aku langsung mencoba menerobos.
Aku tersentak kaget, dan terbangun dari atas kasurku. Ya Tuhan! Ternyata ini hanya mimpi, kulihat jam dinding merah muda yang tergantung di tembok samping kasurku.jarum pendeknya mengarah ke angka setengah Lima, Dan semenit kemudian alarm Handphone-ku berbunyi, adzan subuh pun berkumandang, dengan malas dan mata yang masih berat kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi. Baru saja kakiku menginjak lantai, aku merasakan sakit dan perih di telapak kakiku, aku langsung memeriksanya Dan ternyata telapak kakiku lecet-lecet dan sedikit berdarah. Ya ampuun!! Mungkin ini karena kemarin aku berdiri lama memakai pentopel baru yang kebetulan bahannya kurang cocok untuk dipakai berjalan mondar-mandir seperti kemarin. Setelah beres mandi dan shalat, aku bercermin untuk menyisir rambut dan memoleskan sedikit make up. Aneh, rasanya badanku sangat lelah, mataku merah, dan ada sedikit lingkar hitam di bawahnya, seperti telah begadang. Ah sudahlah, mungkin karena efek mimpi buruk yang kudapatkan semalam akibat kemarinnya terlalu kelelahan, atau mungkin badanku memang sedang tidak sehat. Maklum, cuaca masih berubah-ubah, rentan sekali badan ini terserang penyakit, apalagi ditambah banyaknya kegiatan yang sangat menyita waktu istirahat Dan waktu makanku.

Jam menunjukkan pukul 09.45, aku baru ingat kalau hari ini ada janji dengan pacarku untuk menghadiri acara pernikahan temanku. Aku kemudian bersiap-siap dan menunggu jemputan. Satu jam kemudian pacarku menjemputku menggunakan motornya, dan kamipun pergi ke tempat undangan yang di tuju. Sepulangnya dari undangan, rencananya kami akan makan siang di luar, tapi pacarku bilang karena aku sedang tidak enak badan jadi dia akan mengantarkanku ke kosan saja, agar bisa segera istirahat. Ketika kami di jalan, aku teringat mimpiku lagi, aku masih penasaran dengan mimpi aneh yang semalam ku alami. Aku meminta pacarku untuk mengambil jalan memutar yang kebetulan memang melewati jalan menuju rumah ibu-ibu yang kuantarkan semalam Itu di mimpiku.
"Kak, coba deh belok kiri"
"Belok kiri? Ngapain? Itu kan jalan ke arah perumahan. Memangnya kamu mau kemana?"
"coba belok dulu aja"
"Iyaa deh iyaa"
"Nah, aku ingat, dari sini belok kanan"
"kamu sebenernya mau kemana sih? Itu kan gang kecil.."
"Gak apa-apa, belok dulu aja"
"Hari ini kamu aneh, sebenernya mau kemana sih?"
"Udah jalan aja, nanti aku ceritain.. nah, dari sini belok kanan yaa.. harusnya sih rumahnya ada di depan"
Setelah motor berbelok ke arah kanan dari kejauhan ada sebuah bendera kuning yang berkibar. Tak jauh dari situ ada sebuah rumah yang sedang di kerumuni orang-orang berbaju hitam. Samar-samar terdengar isak tangis di dalamnya. Aku bertanya ke salah satu orang yang berada di sana. Kabarnya di rumah itu ada seorang ibu-ibu meninggal yang baru di makamkan tadi pagi. Jadi, mimpi yang semalam kualami itu.. NYATA!!??


Pict sc : google
 

FAITHFULNESS



Darah tercecer dimana-mana. Pria bajingan itu tersudut di pojok ruangan gelap dan merintih kesakitan di depanku. Meskipun terkapar tak berdaya, mulutnya terus saja mengumpat.

“anjing!! Bajingan busuk!! Sialan!! Pergi kau!! Dasar terkutuk!!”

Percuma saja bicara, itu takkan menyelamatkan nyawamu. Aku masih menyimpan dendam yang sangat besar padamu. Kau sudah membunuh sahabatku.

Richard, ia adalah seorang tentara gagah yang baik hati. Hanya karena Suzanne lebih memilihnya, kau tega menghabisi nyawanya. Kau lupa kalau Richard masih memiliki sahabat sepertiku yang dapat mencarimu dan membalaskan dendam untuknya.

“911.. tolong aku.. si... silver... silver street nomor 45... aku sedang...”

belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya pada seseorang yang berbicara di balik benda kecil itu, ku gigit lehernya sambil sedikit kukunyah, sampai darah tersembur keluar dan seluruh tubuhku menjadi merah karenanya. Aku puas! Sangat puas! Dia hanya mengejang sebentar dan kemudian tak bergerak lagi. Dengan menyiksanya seperti ini, dendamku terbalaskan.

Tak lama, datang orang-orang berbaju sama menodongkan sesuatu padaku.

“lapor Komandan! Sepertinya korban sudah meninggal..”
“tembak mati saja, biar kita bisa segera membawa korban”

Tiba-tiba sesuatu menembus dadaku, rasanya sangat sakit, membuat tubuhku roboh seketika dan perlahan semuanya terlihat gelap. Di detik-detik terakhirku sebelum aku kehilangan kesadaran, aku sempat mendengar sesuatu.

“komandan, apa sebaiknya kita bawa saja mayatnya?”
“tidak, kita hanya membawa mayat korban.. biarkan saja dia disitu. Rumah ini terpencil. Tidak akan ada orang yang akan mencium bau bangkainya”.



pict sc : google
 

HIDE AND SEEK


Baru empat hari yang lalu aku mengenal mereka, tapi kami berempat sudah begitu akrab seperti sudah saling mengenal sangat lama. 

“hompimpa alaihum gambreng”

“Apa? Aku lagi yang jaga?” ucapku tak percaya.
“hey, aku tahu kalian curang.. kalian sudah sepakat untuk menelungkupkan tangan kalian kan?” mereka hanya terbahak melihatku bersungut-sungut dengan wajah yang memerah. Walaupun aku kesal, kumulai saja permainannya. Kuhitung sampai sepuluh dan..

“sudah siap? Dimana kalian?”

sesuai kesepakatan, kami memulai permainan di pohon belakang rumah, dan bersembunyi hanya di dalam rumah saja, jadi aku segera berlari masuk rumah untuk mencari mereka. aku langsung memeriksa kolong kasur, mereka tidak ada disana. Di lemaripun aku tidak menemukannya.

"awas saja kalau aku menemukan mereka bersembunyi di halaman depan!" celotehku sambil terus mencari dari ruangan satu ke ruangan lainnya.

 Ketika aku memeriksa dapur, aku tak percaya, si kecil Ludwig, satu-satunya anak laki-laki yang bodoh itu bersembunyi di samping kulkas, meringkuk dengan posisi tubuhnya menghadap tembok. Aku terkekeh melihatnya..
“kau fikir dengan meringkuk membelakangiku seperti itu aku tidak akan melihatmu, huh?” fikirku dalam hati.

“minggir kau bodoh!”
“hey Jane, seharusnya aku yang bersembunyi di balik tirai itu”
“kau cari saja tempat lain!”
Ah lagi lagi aku kalah cepat dengannya.. aku berlari ke ruangan lain. “apa sebaiknya aku bersembunyi disini ya?” fikirku.
“hey, kau tak bisa bersembunyi disitu, kau akan cepat ketahuan!”
Marry kemudian menepuk keras kepalaku saat aku melirik kearahnya, dan..
‘brukk’ kepalaku membentur lantai dengan keras, ada darah yang mengucur di kepalaku.. “aww sakit!!” jeritku. Bukannya minta maaf, Marry menyebalkan itu malah tertawa puas melihatku.

Tap.. tap.. tap..
Ada suara langkah kaki di belakang kami.. sontak aku dan Marry menoleh ke sumber suara itu, dan..

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!”

Ketika kami melihatnya, kami tahu permainan sudah berakhir..


Pict sc : google
 

The Darkest Love


Aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimanapun aku merunut semua masalah ini dari awal, tidak ada satu solusipun yang dapat kutemukan.

 Orang tuaku melarang aku menikah dengan Albert. Mereka bilang aku bisa menikah dengan siapa saja, asal jangan dengannya. bahkan ibuku sampai mengancam bahwa ia akan mengurungku di suatu tempat jika aku tetap mengatakan hal yang sama padanya. Padahal apa yang salah, Albert adalah orang terbaik yang pernah aku kenal. Aku benar-benar sakit hati pada orang tuaku sendiri.

Di sisi atas gedung tinggi ini, aku akan mengakhiri semuanya.

Dengan mata tertutup aku melangkah..

satu langkah terakhir yang kini membuatku terbang..

ya, sekarang aku terbang dengan senyum yang merekah..

tetesan airmataku tersapu angin..

seiring dengan menguapnya segala duka yang telah mengendap begitu lama..

aku benar-benar bahagia..

aku kini sangat bahagia..

Tak lama berselang, aku membuka mataku. Banyak orang yang sedang berdiri mengelilingiku dan.. Lihat!! Aku melihat Albert!! dia duduk disamping tubuhku yang terbaring lesu dengan wajah yang tertunduk sedih. Tapi aku senang, karena mulai hari ini dan seterusnya aku dapat memeluknya.



Pict sc: google